Day 2 : travel to batutumonga

Udara dingin menyambut kala matahari kembali menampakkan sinarnya. Masih terlihat sisa-sisa hujan dan rintik-rintik pagi hari diantara daun-daun dan rumput sekitar paroki. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, aktivitas di dapur sudah semenjak sejam yang lalu. Aka and friends , termasuk ketua yang beberapa jam lagi akan segera lengser dari jabatannya, menyiapkan sarapan pagi. Nasi goreng special entah dengan tambahan apa saja. Itu semua hanya mereka dan Tuhan yang tahu. Setidaknya hingga saat ini , kita semua sehat wal afiat. Hehh, memangnya pake campuran apa ?

Day one : Poor or rich ?

Acara “tanpa acara “ pun berlanjut hingga sore, dilanjutkan dengan sebuah materi dari P John Galla tentang Mental dan Menjadi Generasi Terang. Sebenarnya bukan ini judulnya, tapi sekali lagi, ini subjektif penulis doank. Mengutip dari Injil Matius 5 : 16Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang , supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga”. So, sudah mengerti apa bedanya miskin dan kaya mental ?

Back humz or going retreat ?


Kanda kita jadi ji berangkat ?
Sebuah pertanyaan yang tidak pernah terjawabkan dengan tuntas hingga beberapa jam sebelum keberangkatan. Bukan karena ingin menunda memberikan jawaban tapi karena ada prioritas lain dan tanggung jawab lain yang tak mampu untuk dilepaskan ataupun ditunda. Dan thank GOD sehingga tidak perlu untuk melepaskan salah satunya. Penantian empat jam lebih tidak sia-sia hari itu.

Hujan rintik-rintik membayang di sore hari, saat pulang dari rumah sakit dan melihat persiapan final para panitia di sekret . Tidak sia-sia memilih mereka. Meski tak semuanya, tapi setidaknya masih ada yang memiliki dedikasi penuh untuk terlaksananya kegiatan itu.

Twenty ten …

Prologue

Aghhh, seperti baru kemarin menikmati dinginnya udara pegunungan Malino , mendengarkan materi – materi penguat iman dari pak Alex Mangallo, dan berbagi bersama umat gereja Katolik Malino dalam misa Minggu bersama. Faktanya, itu semua terjadi tahun lalu, tahun dua ribu sembilan.

Seperti baru minggu lalu, berkumpul bersama di Tanjung Bayang, membahas apa yang akan terjadi untuk setahun bagi KMK UNHAS.

Legenda Paus Yohana

oleh: P. William P. Saunders *

Baru-baru ini salah satu jaringan televisi menayangkan suatu program mengenai “Paus Yohana”. Tayangan televisi ini tidak cukup jelas apakah kisah ini benar atau tidak. Mohon tanggapan.
~ seorang pembaca di Arlington

Pada tanggal 29 Desember, Diane Sawyer memang menyajikan suatu “laporan khusus” mengenai “Paus Yohana,” yang disiarkan ABC. Tentu saja, program ini berlangsung dengan banyak iklan komersial. “Laporan khusus” ini berfokus pada wawancara dengan Donna Cross yang menulis sebuah buku mengenai hal ini. Seperti buku The DaVinci Code, wawancara ini berlangsung dengan menjalin sedikit informasi historis dengan kebenaran separuh, dongeng legenda dan kisah-kisah fiksi lainnya. Sawyer juga mewawancarai seorang mantan biarawati yang mendukung, dan secara singkat mewawancarai pula sejarahwan yang dapat dipercaya, yang mendiskreditkan kisah Paus Yohana. Di akhir acara, tidak ada kesimpulan pasti yang dibuat, membuat orang bertanya-tanya, “Apa maksud laporan khusus ini?” Penulis artikel ini juga ditinggalkan dalam keadaan perut mual karena muak.